Makam Raden Saleh Syarif Bustaman di Bogor
04 September 2025
Raden Saleh menghabiskan hampir 20 tahun di Eropa. Ia tidak hanya belajar, tetapi juga berinteraksi dengan kalangan bangsawan dan seniman
Blog Youtami
Raden Saleh Syarif Bustaman lahir di Terboyo, Semarang, sekitar tahun 1807. Ia adalah seorang pelukis Indonesia yang dikenal sebagai perintis seni lukis modern di Indonesia. Ia adalah seniman yang diakui secara internasional dan merupakan salah satu pelukis pribumi Indonesia pertama yang mendapatkan pendidikan dan pengakuan di Eropa.
Ia berasal dari keluarga bangsawan dan memiliki hubungan darah dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Bakat seninya terlihat sejak muda, dan ia mendapatkan kesempatan untuk belajar melukis dari seniman Belgia, Antoine Auguste Joseph Payen, yang bekerja di Hindia Belanda. Pada tahun 1829, ia dikirim ke Belanda atas dukungan pemerintah kolonial untuk melanjutkan studinya. Di sana, ia belajar di bawah bimbingan pelukis terkenal, Cornelis Kruseman dan Andreas Schelfhout.
Raden Saleh dikenal dengan gaya lukisnya yang menggabungkan romantisisme Eropa dengan unsur-unsur lokal. Ia sering melukis potret, pemandangan, dan adegan-adegan dramatis, terutama yang melibatkan hewan-hewan buas seperti singa atau harimau.
Karya-karya terkenalnya antara lain,
"Penangkapan Pangeran Diponegoro" (1857): Lukisan ini sangat ikonik dan monumental. Karya ini merupakan respons Raden Saleh terhadap lukisan Penangkapan Diponegoro yang dibuat oleh Nicolaas Pieneman, yang ia anggap kurang akurat. Dalam lukisannya, Raden Saleh menekankan detail, warna yang lebih hidup, dan menggambarkan Pangeran Diponegoro dengan wibawa dan keberanian, yang berbeda dari versi Eropa.
"Perburuan Singa" (sekitar 1840-an): Salah satu lukisan bertema perburuan yang sangat dramatis dan menunjukkan penguasaan teknisnya dalam melukis hewan dan pergerakan.
"Potret Pangeran Diponegoro": Lukisan potret yang menunjukkan wajah Diponegoro dengan penuh karakter.
Raden Saleh menghabiskan hampir 20 tahun di Eropa. Ia tidak hanya belajar, tetapi juga berinteraksi dengan kalangan bangsawan dan seniman.
Ia melukis untuk beberapa raja dan ratu, termasuk Raja Belanda dan Ratu Belgia, serta berkeliling ke berbagai negara seperti Jerman, Prancis, dan Inggris. Ia dihormati dan mendapatkan gelar serta penghargaan dari beberapa monarki Eropa.
Setelah kembali ke Jawa pada tahun 1851, ia tetap menjadi seniman yang produktif, membangun rumah di Cikini, Jakarta (sekarang menjadi Rumah Sakit PGI Cikini). Berdasarkan informasi yang ditemukan, Raden Saleh dan istrinya, Raden Ayu Danudirdja, pindah dan tinggal di Bogor setelah ia menikah lagi pada tahun 1868. Beberapa sumber menyebutkan bahwa rumah terakhir Raden Saleh di Bogor, yang ditempati hingga ia wafat pada 23 April 1880, kini menjadi Gedung Cagar Budaya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bogor di Jalan Ir. H. Djuanda, Bogor. Konon, rumah tersebut terletak di sebuah lokasi yang indah dengan pemandangan Gunung Salak di belakangnya dan berhadapan dengan Kebun Raya Bogor.
Spirit Of Traveling menemani Anda berwisata kuliner, wisata alam dan menyusuri kota dengan ragam keunikannya. Hubungi Whatsapp Tour Leader dibawah ini sekarang juga untuk mengetahui jadwal kami.
Website dan foto yang digunakan di website ini adalah hasil karya saya pribadi, kecuali disebutkan sumber asalnya. Hubungi whatsapp saya mengenai foto atau artikel yang saya publikasikan.